Unsur Unsur Drama



UNSUR-UNSUR DRAMA
            Unsur-unsur naskah drama sebagian besar sama dengan novel, namun karena bentuk fisik antara naskah drama dengan novel berbeda maka ada unsur-unsur yang membedakan naskah drama dari novel yaitu wawancang dan kramagung, babak dan adegan, teknik dialog, penokohan, dan tipe drama.
1.      Wawancang dan Kramagung
Wawancang dan kramagung merupakan cirri yang membedakan naskah drama dari genre sastra yang lain (novel, novelet, cerpen). Wawancang ialah ucapan atau dialog yang dilakukan tokoh cerita, sedangkan kramagung ialah petunjuk teknis yang harus dilakukan tokoh cerita secara lahiriah yang disebut stage direction (Tambajong, 1981 : 21-23)
Contoh :
RAJA TUA     : Bawa ke mari surat itu!
RESO memungut surat itu dari JAGABAYA lalu mempersembahkannya kepada RAJA. RAJA TUA membaca surat dan terus berubah wajahnya, dari kaget menjadi murka. Ia meremas surat dengan gemasnya.
Contoh data yang dicetak lepas merupakan wawancang sedangkan yang dicetak miring merupakan petunjuk teknis yang disebut kramagung.
2.      Babak dan Adegan
Salah satu ciri yang membedakan naskah drama dengan novel adalah pembagian babak dan adegan. Babak merupakan bagian dari naskah drama yang menerangkan semua peristiwa yang terjadi di suatu tempat, pada uruttan waktu tertentu; atau kesatuan peristiwa yang terjadi pada suatu tempat dan pada suatu urutan waktu. Adegan ialah bagian dari babak yang batasnya ditentukan oleh perubahan peristiwa yang disebabkan oleh datang dan perginya seorang atau lebih tokoh (Sumardjo & Saini KM, 1986:136). Ada drama yang hanya terdiri atas satu babak misalnya drama monolog, dan ada yang terdiri atas beberapa babak. Tiap babak bisa dibagi menjadi satu adegan atau beberapa adegan.


3.      Tokoh dan Perwatakan
Salah satu unsur penting dalam drama adalah tokoh dan penokohan, karena tokoh yang harus menyampaikan misi pengarang di atas pentas. Fisical describtion para tokoh dalam naskah drama seharusnya jelas. Namun, sebagian naskah drama yang ditulis oleh pengarang yang kebetulan juga pemain drama biasanya minim kramagung dan fisical describtion.
Tidak banyak naskah drama yang memberikan fisical describtion. Pemberian rincian fisical describtion akan memudahkan sutradara mengarahkan piñata pakaian dan piñata rias. Sujiman (1984:16) menyatakan tokoh cerita ialah individu rekaan yang mengalami peristiwa dan perlakuan dalam berbagai peristiwa cerita. Tokoh cerita bisa terdiri atas satu orang misalnya drama monolog, atau terdiri atas beberapa orang.
Berdasarkan tingkat kepentingannya dalam cerita, tokoh bisa dibagi menjadi dua yaitu tokoh utama dan tokoh bawahan. Tokoh utama ialah tokoh yang diutamakan penceritaannya dalam karya sastra (drama). Ia adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai pelaku kejadian maupun yang dikenai kejadian (Nurgiyantoro, 2000: 176). Tokoh bawahan ialah tokoh yang keberadaannya mendukung tokoh utama.
Berdasarkan fungsinya dalam drama, tokoh cerita dapat dibedakan ada empat macam, yaitu:
1)      Protagonis : peran utama (pahlawan, pria/wanita) yang menjadi pusat cerita.
2)      Antagonis : peran lawan, sering juga menjadi musuh yang menyebabkan konflik.
3)      Tritagonis : peran penengah, bertugas mendamaikan atau menjadi perantara protagonis dan antagonis;
4)      Peran pembantu : peran yang tidak secara langsung terlibat di dalam konflik, tetapi diperlukan untuk menyelesaikan cerita. (Harymawan, 1988:22).

4.      Teknik Dialog
Dialog merupakan bagian yang sangat penting dalam naskah drama karena naskah drama merupakan deretan-deretan dialog. Sumardjo (1986:136) menyatakan dialog adalah bagian dari naskah drama yang berupa percakapan antara satu tokoh dengan yang lain. Dialog juga sering disebut wawankata. Sudjiman (1990:20) menyatakan dialog juga mencerminkan pikiran para tokoh cerita, sehingga dapat mengungkapkan watak para tokoh cerita. Boulton (1968:97-127) membagi teknik dialog menjadi dua bagian, yaitu :
1)      The technique of dialogue individuals : teknik dialog sendiri (monolog)
2)      The technique of dialogue conversation : teknik percakapan, dialog antara tokoh satu dengan yang lain.
Selain dua teknik tersebut, dalam drama naskah maupun drama pentas kadang-kadang terdapat prolog dan epilog. Prolog berarti pembukaan, kata atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan oleh pemeran utama. Epilog berarti bagian penutup pada karya sastra yang fungsinya menyampaikan intisari atau menafsirkan maksud karya itu oleh pemeran utama (KBBI, 1993:790). Selain prolog dan epilog, dalam drama juga mengenal istilah solilokui dan aside. Solilokui adalah bagian lain dari naskah drama. Bagian ini merupakan ungkapan pikiran dan perasaan seorang tokoh cerita yang diucapkannya kepada dirinya sendiri, baik pada saat ada tokoh lain maupun pada saat seorang diri. Solilokui merupakan suatu konvensi, yaitu suatu hal yang diterima pembaca atau penonton sebagai sesuatu yang wajar dalam kerangka sastra drama. Aside adalah bagian naskah drama yang diucapkan oleh salah seorang tokoh cerita dan ditujukan langsung kepada penonton dengan pengertian bahwa tokoh lain yang ada di pentas tidak mendengar. Kata aside sendiri berarti ke samping, menyarankan bahwa kata-kata tokoh itu diucapkan sambil memalingkan muka dari tokoh lain yang ada di pentas. Seperti juga solilokui, aside adalah suatu konvensi pentas.
5.      Tipe Drama
Tipe drama ialah sifat yang dominan dalam drama. Tarigan (1984:83) membagi tipe drama menjadi empat tipe, yaitu tipe: tragedi, komedi, melodrama, dan farce. Boulton (1968: 143-163) merinci tipe drama lebih lengkap lagi menjadi 17 macam, yaitu 1. Tragedi, 2. Melodrama, 3. Heroic play, 4. Drama problema, 5. Komedi, 6. Komedi kekeliruan atau kesalahan, 7. Komedi bergaya aneh, 8. Komedi sentimental, 9. Komedi watak/humor, 10. Lawak, 11. Drama ide, 12. Drama didaktik atau propaganda, 13. History play atau drama sejarah, 14. Tragit-komedi, 15. Drama simbolik, 16. Drama tari, 17. Pantomime. 
1)      Tragedi adalah drama yang penuh kesedihan, penderitaan, dan minimal seorang tokoh mati. Tipe tragedi menonjolkan unsure intrik, pembunuhan, kesengsaraan, suasana suram, kesakitan, dan sebagainya.
2)      Melodrama berisi kejadian-kejadian yang menyedihkan, tetapi berakhir dengan kegembiraan. Oleh Boulton melodrama disebut sebagai drama tragedi yang miskin. Drama yang bertipe melodrama permasalahan yang diangkat bisa serius, tetapi penggarapannya yang tidak serius.
3)      Heroic play atau drama kepahlawanan ialah drama yang menceritakan perjuangan para pahlawan untuk meraih kemerdekaan. Contoh : Domba-domba Revolusi karya B. Sularto.
4)      Drama problema atau problem play ialah drama yang menceritakan problema yang ada di masyarakat, baik problem sosial dan problem moral. Contoh : Manusia Baru karya Sanusi Pane dan Panembahan Reso karya WS Rendra.
5)      Drama komedi ialah drama yang bertujuan membuat orang tertawa. Permasalahan yang diangkat dalam drama komedi adalah permasalahan serius, demikian juga penggarapannya juga serius, tetapi sifatnya lucu.
6)      Comedy of errors atau drama komedi kekeliruan/kesalahan ialah komedi yang kelucuannya memanfaatkan kesalahan-kesalahan yang dilakukan oleh tokoh-tokohnya. Contoh : Gadis Modern karya Adlin Afandi.
7)      Comedy of manners ialah drama komedi yang kelucuannya disebabkan tingkah aneh para tokohnya. Sentimental comedy ialah drama komedi yang menampilkan adegan-adegan yang membuat penonton bersimpatik dan dapat meneteskan airmata, buksn karena sedih, tetapi karena senang yang berlebihan.
8)      Comedy of character or humor ialah komedi yang serius. Kelucuannya bukan karena kekonyolan, tetapi karena karakter tokoh-tokohnya. Contoh : Jendral Naga Bonar karya Asrul Sani.
9)      Farce atau lawak ialah drama yang hanya bertujuan untuk membuat orang tertawa terpingkal-pingkal, tanpa pendalaman tema maupun watak. Lawak biasanya menghalalkan segala cara untuk menciptakan kelucuan.
10)  Drama of ideas ialah drama yang mengungkapkan ide-ide yang penuh komplikasi dari tokoh-tokohnya. Contoh: Arok Dedes karya Pramodya Ananta Toer.
11)  Didaktik plays atau drama propaganda ialah drama yang memberikan pengajaran pada penontonnya.
12)  History play atau drama sejarah berisi peristiwa-peristiwa sejarah yang sesuai dengan kurun waktu, tempat-tempat, tokoh, dan peristiwa-peristiwa sejarah. Contoh : Mangir  karya Pramoedya Ananta Toer
13)  Drama tragik komedi ialah deama perampuran antara trgedi dan komedi, bisa berawal dari kesedihan dan berakhir kebahagiaan begitu pula sebaliknya.
14)   Drama simbolik atau symbolic play ialah drama yyang  menampilkan tokoh-yokohatau peristiwa-peristiwa simbolik. Drama simbolik biasanya untuk menyamarkan sesuatu atau menyembunikan ndari pemerintah.
15)  Pantomime ialah drama yang menampilkan gerak-gerik berwatak.
Selain istilah-istilah yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa istilah-istilah lagi yang terdapat pada suatu naskah drama, baik drama naskah maupun drama pentas. Istilah itu tergabung dalam unsur dan struktur drama.
·         Plot atau Alur Cerita
Plot atau alur cerita adalah rangkaian peristiwa yyang satu sama lain dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Artinya, peristiwa pertama menyebabkan terjadinya peristiwa kedua, peristiwa kedua menyebabkan peristiwa ketiga, dan demikian selanjutnya, hingga pada dasarnya peristiwa terakhir ditentukan terjadina oleh peristiwa pertama.
Plot berfungsi sebagai penyalur buah pikiran seorang pengarang. Di samping faal (fungsi) utamanya untuk mengungkapkan buah pikiran, plot melaksanakan faal lain yang tidak kurang pentingnya, yaitu menangkap, membimbing, dan mengarahkan perhatian pembaa atau penonton.
Ketegangan (suspense) adalah unsure plot yang pertama. Plot yang baik akan menimbulkan ketegangan pada diri pembaca atau penonton dan menciptakan perasaan ingin tahu pada penonton. Artinya pembaca atau penonton selalu bertanya-tanya dan menduga-duga mengenai apa yang akan terjadi sebagai akibat peristiwa yang telah terjadi.
Unsur yang kedua adalah dadakan ( surprise). Pengarang yang baik akan menyusun ceritanya sedemikian rupa hingga dugaan-dugaan pembaca atau penonton tadi keliru dan peristiwa membelok kea rah yang tak disangka-sangka dan bahkan mengagetkan. Walaupun begitu, pengarang yang baik akan tetap memelihara hukum sebab-akibat sebagai tulang punggung alur ceritanya.
Unsur plot ang ketiga adalah ironi dramatik (dramatic irony). Ironi dramatik dapat berbentuk pernyataan-pernyataan atau perbuatab-perbuatan tokoh cerita yang seakan-akan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian. Tentunya, ironi dramatik tidak mengganggu ketegangan dan dadakan. Sebaliknya, ironi dramatik justru mendukung kedua unsur yang lain. Singkatnya, ironi dramatik akan menyebabkan pembaca dan penonton lebih penasaran di satu pihak, di pihak lain akan memperkuat kesan dadakan kalau kemudian terjadi peristiwa yang ternyata berhubungan erat dengan apa yang terjadi sebelumnya.
·         Struktur Dramatik Aristoteles
Struktur adalah suatu kesatuan dari bagian-bagian yang kalau satu di antaranya berubah atau rusak, maka rusaklah seluruh struktur itu. Struktur dramatik Aristoteles terdiri dari bagian-bagian yang satu sama lain saling berhungungan. Bagian-bagian tersebut, yaitu:
1)      Eksposisi adalah bagian awal atau pembukaan dari suatu karya sastra drama. Sesuai dengan kedudukannya, eksposisi berfungsi sebagai pembuka yang memberikan penjelasan atau keterangan mengenai beberapa hal dalam drama.
2)      Komplikasi atau penggawatan merupakan lanjutan dari eksposisi. Di dalam bagian ini, salah seorang tokoh cerita mulai mengambil sebuah tindakan untuk mencapai tujuan tertentu. Akan tetapi, tindakan tersebut belum pasti. Maka dari itu timbullah penggawatan atau masalah.
3)      Klimaks, pada bagian ini pihak-pihak yang berlawanan berhadapa untuk melakukan perhitungan terakhir yang menentukan.
4)      Resolusi, pada bagian ini semua masalah yang ditimbulkan oleh tokoh-tokoh cerita terpecahkan.
5)      Bagian terakhir adalah konklusi. Pada bagian ini nasib tokoh-tokoh cerita sudah pasti.
·         Bahasa
Unsur drama yang lain ang juga sangat penting adalah bahasa. Tanpa adanya bahasa tidak mungkin diciptakannya karya sastra drama. Dalam hubungannya dengan plot, bahasa memiliki beberapa peran. Bahasa dapat menggerakkan plot atau alur cerita. Bahasa juga menjelaskan latar belakang dan suasana cerita. Melalui bahasa yang diucapkan tokoh atau petunjuk dari pengarang, kita tahu latar tempat, waktu, dan suasana di mana cerita terjadi. Akhirnya, bahasa berperan besar dalam mengungkapkan buah pikiran pengarang. Kalaupun tokoh-tokoh cerita tidak mengungkapkan buah pikiran secara langsung, pembaca dan penonton akan menyimpulkan buah pikiran itu terutama melalui bahasa di samping perbuatan tokoh-tokoh cerita.

·         Dorongan atau Motivasi
Motivasi adalah unsur yang menentukan baik terhadap perbuatan maupun terhadap percakapan (dialog) yang diucapkan oleh tokoh cerita, khususnya tokoh utama (protagonis). Pembaca dan penonton ingin memahami, menghayati, dan menikmati karya sastra drama, seyogyanya berusaha secepat mungkin untuk menangkap motivasi utama dalam sebuah karya.




















DAFTAR PUSTAKA
Boulton, Marjorie. 1968. The Anatomy of Drama. London: Routledge and Kegan Paul ltd
Harymawan, RMH. 1988. Dramaturgi. Bandung:Rosda
Maslikatin, Titik. 2007. Pengantar Ilmu Sastra. Jember
Nurgiyantoro, Burhan.1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Soemardjo, Jakob, dan Zaini KM. 1986. Apresiasi Kesusastraan. Jakarta: Penerbit Gramedia



Komentar